Senin, 19 September 2011

Mercusuar Dihati Kita

Suatu malam, sebuah kapal perang berlayar menembus kabut, begitu Henry Could berkisah dalam bukunya, Integrity. Beberapa saat kemudian sebuah cahaya pucat muncul tepat diarah yang ditujunya. 
Ketika kapal it uterus melaju, cahaya menjadi lebih terang dan kapten kapal melangkah kearah kemudi untuk memeriksa situasi. Saat itu radio berbunyi “Perhatian, memanggil kapal dengan 18 knot di arah 220 derajat, segeralah ubah arah Anda”. Sang kapteen menghampiri radio dan menjawab, “Disini kpal diarah 220 derajat. Anda yang harus mengubah arah Anda”. “Negatif, Kapten. Anda yang ubah arah!” “Saya Laksamana Angkatan Laut Amerika Serikat”, sahut sang Kapten mulai marah, “Siapa Anda?!?” “Saya Letnan Muda dan Penjaga pantai Amerika Serikat Pak”. “Kalau begitu saya perintahkan untuk mengubah arah”. “Tiadak pak. Saya sarankan anda yang ubah arah”. “Kami adalah kapal perang dalam tugas”, sang Laksamana naik pitam, “Saya perintahkan Anda ubah arah sekarang juga!!” “Kami mercusuar pak ! ! !” Begitulah. Syari’al ALLAH tertegak agung mabai mercusuar bagi kita dalam melayari kehidupan. Kita takbisa memerintahnya untuk mengubah arah ketika kita dilanda gejala menabrak. Siapapun kita, dan apapun yang sedang kita upayakan. Kitalah yang harus merubah arah kita. Kitalah yang harus cerdas mengelola kemudi diri. Hingga pun sujud di mimbar taat. Belajar agar kita berhenti di titik ketaatan. Dan ketaatan itu kan meloncati rasa suka dan taksuka, menghapus tentang ringan dan berat, memisahkan ketanangan dan kegelisahan. Dan iklas pun terus berjalan bersama ketaatan. Jadikan cintaku padaMu Ya ALLAH Berhenti dititik ketaatan Meloncati rasa suka dan tak suka Karena aku tahu, MenaatiMu dalam hal yang tak kusukai Adalah kepayahan, perjuangan, dan gelimang pahala Karena seringkali ketidaksukaanku Hanyalah bagian dari ketidaktahuanku

diambil dari buku "Jalan Cinta Para Pejuang" karya Salim A fillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar