- Mengenal Proses Pengecoran Logam
Pengecoran adalah
membuat komponen dengan cara menuangkan bahan yang dicairkan ke dalam
cetakan. Bahan disini dapat berupa metal maupun non-metal. Untuk
mencairkan bahan diperlukan furnace
(dapur
kupola). Furnace adalah sebuah dapur atau tempat yang dilengkapi
dengan heater
(pemanas).
Bahan padat dicairkan sampai suhu titik cair dan dapat ditambahkan
campuran bahan seperti chrom, silikon, titanium, aluminium dan
lain-lain supaya bahan menjadi lebih baik. Bahan yang sudah cair
dapat dituangkan ke dalam cetakan.
Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan cirri dari proses
pengecoran, yaitu :
- Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak
- Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam dalam cetakan
- Pengaruh material cetakan
- Pembekuan logam dari kondisi cair
Klasifikasi
pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran dengan
sekali pakai (expendable Mold) dan ada pengecoran dengan cetakan
permanent (permanent Mold). Cetakan
pasir
termasuk dalam expendable mold. Karena hanya bisa digunakan satu kali
pengecoran saja, setelah itu cetakan tersebut dirusak saat
pengambilan benda coran. Dalam pembuatan cetakan, jenis-jenis pasir
yang digunakan adalah pasir silika, pasir zircon atau pasir hijau.
Sedangkan perekat antar butir-butir pasir dapat digunakan, bentonit,
resin, furan atau air gelas.
- Proses Penuangan
Pengecoran
(Casting) adalah suatu proses penuangan materi cair seperti
logam atau plastik yang dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan
membeku di dalam cetakan tersebut, dan kemudian dikeluarkan atau di pecahpecah
untuk dijadikan komponen mesin. Pengecoran digunakan untuk membuat bagian mesin dengan bentuk yang kompleks.
logam atau plastik yang dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan
membeku di dalam cetakan tersebut, dan kemudian dikeluarkan atau di pecahpecah
untuk dijadikan komponen mesin. Pengecoran digunakan untuk membuat bagian mesin dengan bentuk yang kompleks.
Pengecoran
digunakan untuk membentuk logam dalam kondisi panas sesuai dengan
bentuk cetakan yang telah dibuat. Pengecoran dapat berupa
material logam cair atau plastik yang bisa meleleh (termoplastik),
juga material yang terlarut air misalnya beton atau gips, dan
materi lain yang dapat menjadi cair atau pasta ketika dalam
kondisi basah seperti tanah liat, dan lain-lain yang jika dalam
kondisi kering akan berubah menjadi keras dalam cetakan, dan
terbakar dalam perapian. Proses pengecoran dibagi menjadi dua:
- expandable(dapat diperluas)
- non expandable (tidak dapat diperluas) mold casting.
Temperatur
penuangan secara teoritis minimal harus sama atau diatas garis
liquidus. Jika temperatur penuangan lebih rendah, kemungkinan besar
terjadi solidifikasi didalam gating sistem dan rongga cetakan tidak
terisi penuh. Cacat ini disebut juga dengan nama misrun. Cacat lain
yang bisa terjadi jika temperatur penuangan terlalu rendah adalah
laps dan seams. Yaitu benda cor yang dihasilkan seakan-akan membentuk
alur-alur aliran kontinu logam yang masuk kedalam rongga cetak,
dimana alur satu dengan alur lai berdampingan daya ikatannya tidak
begitu baik. Jika temperatur penuangan terlalu tinggi pasir yang
terdapat pada dinding gating sistem dan rongga cetakan mudah lepas
sewaktu bersentuhan dengan logam cair dan permukaanya menjadi kasar.
Terjadi reaksi yang cepat antara logam tuang, dengan zat padat, cair
dan gas diadalam rongga cetakan. Dari pengujian ini dapat dicari
daerah temperatur penuangan yang menghasilkan produk dengan cacat
yang seminim mungkin.
Pada
produk pengecoran pendinginan langsung(Direct Chill Casting, DCC)
Alumunium A 356 control penuangan sangatlah berpengaruh pada hasil
dan umur banda jadi. Proses Direct Chill Casting (DCC) umumnya
digunakan untuk menghasilkan ingot. Faktor-faktor yang diduga
berpengaruh terhadap proses DCC adalah ukuran cetakan dan kontrol
penuangan. Nilai kekasaran produk DCC dengan waktu buka tutup lebih
pendek lebih kecil dibandingkan dengan waktu buka tutup lebih
panjang. Kekasaran permukaan produk DCC tidak homogen sepanjang 400
mm. Mungkin juga ini disebabkan sampel kurang panjang sehingga
homogenitas nilai kekasaran permukaan DCC belum tercapai.
Perubahan
temperatur penuangan pada proses pengecoran logam Aluminium akan
mempengaruhi laju pembekuan dan penyebab tejadinya cacat porositi,
sehingga akan mempengaruhi sifat mekanis coran paduan Aluminium A
356.0. Semakin meningkatnya temperatur penuangan akan menghasilkan
bentuk struktur mikro dan sifat mekanis yang berbeda. Sebab semakin
tinggi temperatur penuangan menyebabkan delta temperatur liquid -
undercooling semakin tinggi dan tingginya temperatur penuangan
menyebabkan terjebaknya gas hidrogen semakin banyak sehingga nilai
kekuatan tarik, elongasi, dan nilai kekerasan mengalami penurunan.
Dengan studi literatur yang ada maka dilakukan percobaan pada
pengecoran Aluminium A 356.0 dengan memakai cetakan permanen mold
test bar, dengan standart US, dengan kondisi temperatur mold 400°C.
Pengecoran ini dilakukan dengan temperatur penuangan yang bervariasi
yaitu : 640°C, 660°C, 680°C, 700°C, 720°C, 740°C,
dan 760°C dengan banyaknya test bar tiga buah disetiap temperatur
penuangan. Dimana test bar tersebut sudah tercetak dua buah spesimen
uji tarik, satu spesimen uji kekerasan, dan foto mikro/makro. Waktu
penuangan ± 10 detik dan pembongkaran dilakukan ± 5 menit,
kemudian coran dibiarkan diudara terbuka dengan temperatur ruang ±
45°C.
Dari
percobaan tersebut maka dilakukan pengujian tarik, kekerasan dan foto
makro/mikro. Pengujian kekerasan dilakukan ada dua cara yaitu pertama
pengujian kekerasan dilakukan pada tepi coran(0,l mm, 1,8 mm, dan 3,5
mm) dan kedua pengujian kekerasan dilakukan di tengah coran (11 mm
dari tepi coran). Pengamatan foto makro dan mikro dilakukan pada
masing-masing temperatur penuangan di 0,1 mm, daerah pengaruh initial
chilling, 3,5 mm dari tepi coran untuk mengetahui pengaruh laju
pembekuan dan daerah tengah coran untuk mengetahui cacat porositi.
Berdasarkan percobaan tersebut didapatkan sebuah fenomena dimana
semakin tinggi temperatur penuangan semakin besar delta temperatur
liquid-undercooling sehingga mempengaruhi bentuk butiran yang semakin
membesar akibatnya menurunkan nilai kekerasan, hal ini terlihat pada
nilai kekerasan pada temperatur penuangan 640°C di 0,1 mm dari
tepi coran sebesar 69,05 HV sedangkan pada temperatur penuangan
760°C sebesar 65,57 HV. Pada masing-masing test bar dari 0,1 mm
hingga 11 mm dari tepi coran kekerasan semakin menurun yang
disebabkan oleh perbedaan thermal gradiennya. Begitu juga terjadinya
perubahan didaerah pengaruh initial chilling dimana semakin tinggi
temperatur penuangan daerah pengaruh initial chilling ini semakin
kedalam dari tepi coran. Begitu pula terbentuknya cacat porositi
dimana semakin tinggi temperatur penuangan jumlah porositi semakin
banyak sehingga mempengaruhi nilai kekuatan tarik dan elongasi yang
semakin menurun.
3.
Penuangan
Besi Cor
3.1
Ladel
Penuang
Besi
yang dialirkan dari tanur pelebur diterima oleh ladel dan kemudian
dituangkan ke dalam cetakan. Ladel terdiri dari ladel jenis gayung,
ladel dengan pencepitan pembawa, ladel yang dapat dimiringkan dengan
roda gigi, ladel tuang dasar dengan sumbat(kapasitas 200-10000Kg) dan
sebaginya. Ladel biasanya berbentuk kerucut atau silinder. Jenis
cerek teh dan jenis tuang dasar dapat dipakai untuk mencegah
terbawanya terak dan inclusi. Ladel ladel tersebut dibuat dari pelat
baja dan bagian dalamnya dilapisi bahan tahan api. Ladel yang telah
dilapisi dikeringkan dengan burner gas atau burner minyak residu
selama setengan sampai satu jam. Untuk memindahkan ladel banyak
digunakan monorel dengan kerkan listrik.
3.2
Perhatian
Pada Pekerjaan Penuangan
- Pengeringan ladel
Pengeringan
ladel yang tidak smpurna menyebabkan turunnya temperatur logam cair,
oksidasi dari cairan dan cacat coran seperti rongga udara, lubang
lubang jarum dan sebagainya.
- Pembuanga Terak
Sebelum
penuangan, terak diatas cairan harus dibuang. Terak terjadi karena
penambahan inokulan dan erosi dari lapisan. Untuk memudahkan
pembuangan terak, dengan cara abu jerami atau tepung gelas ditaburkan
diatas permukaan cairan logam, mereka menutupi permukaan cairan dan
mencegah penurunan temperatur.
- Temperatur Penuangan
Temperatur
penuangan banyak mempengaruhi kualitas coran. Jika temperatur terlalu
rendah menyebabkan waktu pembekuan yang pendek, kecairan yang buruk
dan menyebabkan cacat coran seperti rongga penyusutan, rongga udara,
salah alir dan sebagainya.
- Waktu Penuang
Dalam
menuang logam pentig dilakukan dengan tenang dan cepat. Selama
penuanga cawan tuang perlu terisi penuh dengan logam cair. Waktu
penuangan yang cocok perlu ditentukan dengan mempertimbangkan berat,
tebal coran, sifat cetakan, dsb.
3.3.
Penuanga
otomatik
Lingkungan
kerja dalam penuangan yang buruk disebabkan panas, debu dan asap.
Pembuatan cetakan yang makin cepat pada akhir akhir ini menyebabkan
penuanga menjadi sulit dilakukan oleh tenaga manusia. Olek karena itu
penuanga otomatik banyak dilakukan pada pengecoran cetak dan
pengecoran dengan cetakn logam bagi logam logam yang cairannya
rendah, ttapi tidak banyak dipergunakan untuk besi cor yang titik
cairnya tinggi. Untuk besi cor dipergunakan 4 cara dalam penuangan
otomatik:
- Jenis sumbat
Pada
jenis ini tanur induksi frekuensi rendah digunakan sebagai ladel
penuan. Pada dasar ladel terdapat sumbat yang dapat dijalankan secara
hidrolik. Seluruh tanur bergerak serempak bersama dengan gerak aliran
cetakan diatas rel yang sejajar dengan rel pembuat cetakan. Pada
akhir penuangn sinar infra merah dari cairan logam yang meluap
ditangkap oleh fotosel dan signalnya dianplifikasikan untuk menutup
sumbat.
- Jenis ladel yang dapat miring
Ladel
yag biasanya dijalankan dengan tangan, pada jenis ini dirubah menjadi
mesin penuang otomatik. Dalam hal ini termasuk ladel jenis tunggal
dan jenis gabungan, yang menggabungkan satu tanur penyimpan dengan
beberapa ladel. Penuangan dilakukan secara otomatik dengan
memiringkan ladel, mengikuti gerakan cetakan. Untuk mengisi ladel,
ladel bergerak mendekati tanur penyimpan yang mempunyai penyumbat.
Cairan logam dikeluarkan secara otomatik dan terrputus putus dengan
membuka dan menutup sumbat. Jumlahcairan logam yang diberikan diatur
secara otomatik dengan mesin penimbang yang dipasang pada ladel.
Tanur penyimpan berkapasitas 2-3 ton dan didampingi oleh 2 atau 3
ladel. Mesin penuang otomatik ini dapat dipakai bersama mesin pembuat
cetakan yang berkecepatan tinggi.
- Jenis tekanan
Pada
jenis peralatan ini logam cair dalam tanur penyimpan dituangkan
melalui lubang penuang dengan peralatan tekanan udara. Pada mesin
jenis ini mempunyai tanur induksi frekuensi rendah dimana jenis
saluran termasuk saluran pemberi, saluran penuang dan mekanisme
penekan.
- Jenis pompa elektromagnetik
Pompa
elektromagnetik adalah pompa yang memberikan gaya dorong pada cairan
logam yang timbul dari aksi elektomagnetik antara lapangan magnit
yang bergerak dan arus induksi pada cairan. Cairan diangkat melalui
saluran gradien angkat dan ditungkan melalui lubang penuangan. Mesin
penuang terdiri dari cawan tuang, sebuah pompa elektromagnet dan
sluran pengeluaran. Mesin ini dapat memberikan respon cepat pada
signal pengatur, dapat diatur dari jauh dan baik untuk pembawa secara
otomatik karena pengaturan penuangannya dengan cara dengan cara
membawa cairan dan menghentikan penuangan dijalankan secara listrik.
3.4.
Skema
penuang berdasarkan temperatur
Dalam proses penuangan diperlukan pengaturan temperatur
penuang, kecepatan penuang dan cara cara penuangan yang lainnya.
Temperatur penuangan berubah menurut kadar karbon dalam cairan baja
seperti kecepatan penuanga umumnya diambil sedemikian sehingga
terjadi penuangan yang tenang agar mencegah cacat coran seperti retak
dan lainnya. Kecepatan penuangan yang rendah menyebabkan antaara lain
cairan logam yang buruk, kandungan gas, oksidasi karena udara dan
ketelitian permukaan yang buruk. Oleh kerana itu kecepatan penuangan
yang cocok harus ditentukan mengingat macam cairan, ukuran coran dan
cetakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar