Minggu, 05 Desember 2010

Cinta Sejati


SIAPAKAH CINTA SEJATIMU . . . ? ? ?
SIAPAKAH CINTA SEJATI KALIAN . . . ? ? ?
Kenapa sich setiap kali pertanyaan itu muncul atau dilontarkan, maka hampir semuanya menjawab bahwa cinta sejatinya adalah sesosok/seorang mahluk, semuanya berorientasi kepada mahluk. Begitu sempitkah pandangan akan arti cinta yang sejati itu ? ? ?

 
Pada hakikatnya cinta itu bersumber dari Sang Pemilik Cinta yang sebenarnya. Dialah yang menciptakan cinta dan menganugrahkannya pada setiap mahluk-Nya. Dialah seharusnya jawaban dari 2 pertanyaan di atas. Cinta sejati adalah cinta kepada Sang Pemilik Cinta yang telah menciptakan alam ini dengan cinta, kepada Dialah seharusnya cinta sejati bersumber dan bermuara.

Jika kita telah dapat meraih cinta sejati dari-Nya dan selalu mencintai-Nya diatas seluruh mahluk lain maka tidaklah susuah untuk mencari cinta di dunia, fitrah kita sebagai manusia. Saat cinta kepada-Nya telah melekat di dalam hati sanubari kita, maka cinta duniamu akan muncul dan menambah keberkahan serta pahala. Cinta tersebut akan menambah cintamu kepada-Nya. Cinta di dunia sebagain fitrah manusia seharusnya yang menambah kecintaanmu terhadap-Nya. Cinta yang setiap hari berpahala bukan cinta yang setiap saat menebar dosa.
Hidup adalah pilihan. Maka pandai pandailah memilih. Memilih cinta untuk ditekuni, memilih hati untuk direngkuhi dan memilih kebersamaan yang melahirkan kesempatan berbagi. Bila memang cinta itu belumlah halal, maka akan lebih baik tinggalkan dan pilih yang bernar. Meski ia pernah ada, tapi ia tak selalu harus bersama.
Saat cinta sejatimu telah tercapai yakni cinta dari Sang Pemilik Cinta yaitu Rabb mu maka tatkala kita menemuka cinta kita di dunia sebagai fitrah kita sebagai manusia, kita akan mencintainya karena ALLAH. Adalah berbeada dimana kita mencintai karena ALLAH dengan mencintai pasangan yang sekedar ketertarikan pada pasangan tersebut saja. Jelas cinta itu adalah dua hal yang berbeda. Dilihat dari segi niatnya saja telah berbeda. Biasanya ketika kita mencintai pasangan jenis karena sekedar tertarik bukan karena ALLAH ta’ala, akan berlandas pada ketertarikan saja ataukah dia cantik atau ganteng, dsb. Walau ada juga yang tertarik karena pribadinya bukan sekedar penampilan luarnya. Tetapi cinta yang seperti itutetaplah sangat rentan hilang atau menyakiti jiwa kita, baik secara fisik ataupun lahir. Karena jika kita hanya cinta berdasar rasa ketertarikan saja maka oriantasi dan tujuan cintanya sebatas di dunia saja, walau nantinya cinta tersebut berakhir dalam ikatan yang menghalalkan. Tetapi cinta yang bukan karena ALLAH walau pada akhirnya menjadi halal tidak akan menambah kecintaan kita pada ALLAH justru akan membagi kecintaan kiata kepada Sang Khalik.
Jika kita mencintai seseorang karena ALLAH maka cinta tersebut akan menambah kecintaan kita kepada ALLAH Ta’ala. Karena itu lihatlah di dalam diri kita sudah adakan sikap dan sifat tersebut, dimana kita mencintai seseorang murni karena ALLAH ataukah belum. Jika sudah maka bersyukurlah dan berdoalah agar diberi keistiqomahan, dan jika belum marilah kita perbaiki iman dan Islam kita hingga muncul sikap dan sifat tersebut.
Perlu diketahui, jika kita bebnart benar telah mencintai seseorang karena ALLAH, maka pasti kita akan berusaha berjalan sesuai dengan syariat ALLAH dan tidak akan melanggar ketentuan dan larangan dari ALLAH Ta,ala.




Landasan hadist :
1. Nabi Muhammad SAW bersabda “Seseorang tidak akan merasakan manisnya iman sehingga ia mencintai seseorang, tidak mencintainya melainkan karena ALLAH; sehingga ia dilempar kedalam api lebih ia sukai daripada kembali kepada kekufuran setelah ALLAH selamatkan darinya; dan sehingga ALLAH dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya” (H R Bukhari)
2. “Sesungguhnya jika kepala salah seorang diantara kamu ditusuk dengan jarum besi yang menyala, itu masih lebih baik daripada kamu menyentuh permpuan yang tidak halal bagimu” (H R Thabrani dan Bahaiqi)
3. “Janganlah seorang laki laki berdua duaan dengan seorang perempuan yang bukan mahramnya. Dan janganlah seorang wanita keluar dengan seorang laki laki kecuali ditamani mahramnya” (H R Bukhari dan Muslim)
Pertanyaannya apakah pacaran itu tidak berdua duan ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar