Sabtu, 12 Mei 2012

Proses Penuangan Logam Cair bag 2


4.         Inspeksi (Pemeriksaan Produk Coran)
Inspeksi atau pemeriksaan produk coran adalah pemeriksaan terhadap produk coran untuk mengetahui ada tidaknya cacat pada produk coran tersebut. Karena potensi terjadinya cacat pada coran cukup tinggi, maka inspeksi terhadap produk  coran perlu dilakukan.

 Tujuan inspeksi atau pemeriksaan coran
Seperti yang kita ketahui, dalam proses pengecoran banyak kemungkinan untuk terjadinya cacat. Oleh karena itu, inspeksi atau pemeriksaan terhadap produk coran perlu dilakukan. Inspeksi atau pemeriksaan coran mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut :
i.                        Memelihara kualitas
ii.                        Kualitas dan baiknya produk coran harus dijamin dengan jalan memisahkan produk
yang gagal.
iii.                        Penekanan biaya dengan mengetahui lebih dulu produk yang cacat
iv.                        Dalam pemeriksaan penerimaan bahan baku dan bahan yang diproses sejak dari
pembuatan cetakan sampai selesai, produk yang cacat harus diketahui seawal mungkin agar dapat menekan biaya pekerjaan.
v.                        Penyempurnaan teknik


Menurut data kualitas yang didapat dari pemeriksaan dan percobaan, menyisihkan produk yang cacat dapat dilakukan lebih awal dan selanjutnya tingkat kualitas dapat dipelihara dengan memeriksa data tersebut secara kolektif, sehingga kualitas dan teknik pembuatan dapat disempurnakan.
Jenis-jenis pemeriksaan
Dalam pemeriksaan produk coran ada beberapa penggolongan yang dilakukan untuk mempermudah dalam pelaksanaanya. Pemeriksaan produk coran biasanya digolongkan dan dilaksanakan sebagai berikut :
       I.            Pemeriksaan rupa
Dalam pemeriksaan ini yang diteliti adalah : ketidakteraturan, inklusi, retakan dan sebagainya yang terdapat pada permukaan, demikian juga pada setiap produk diteliti produk yang tidak memenuhi ukuran (standar pemeriksaan ukuran)
    II.            Pemeriksaan cacat dalam (Pemeriksaan tak merusak)
Dalam pemeriksaan ini diteliti adanya cacat-cacat dalam seperti : rongga udara, rongga penyusutan, inklusi, retakan dan sebagainya yang ada di dalam produk coran tanpa mematahkannya.
 III.            Pemeriksaan bahan
Dalam pemeriksaan ini ketidakteraturan bahan diteliti. Demikian juga halnya dengan komponen, struktur mikro, dan sifat-sifat mekanik diperiksa sesuai dengan setiap cara pengujian  yang telah ditetapkan.
 IV.            Pemeriksaaan dengan merusak
Pemeriksaan dengan merusak dilakukan dengan cara mematahkan atau memotong produk untuk memastikan keadaan dan kualitas produk, hal ini terutama penting sebagai cara pemeriksaan tak langsung yang dilakukan bersama pemeriksaan 1).
    V.            Pemeriksaan kualitas dilakukan sesuai dengan penetapan yang dibuat sebelumnya mengenai ukuran dan jumlah contoh, sedangkan pemeriksaan kecacatan produk dilakukan setiap kali apabila diperlukan.
Berkenaan dengan penilaian produk cacat yang diteliti, penerimaan dan penolakannya dalam penggunaan dan nilai barang dalam rupa, dipakai sebagai patokan penilaian. Bagi produk yang penilaiannya sukar karena ada pada batas antara diterima dan ditolak, maka hal ini harus diyakinkan dengan pengujian benda palsu atau pengujian dalam penggunaan. Pemeriksaan harus dilakukan sedemikian sehingga dari pemeriksaan tersebut diperoleh keyakinan. Kalau pemeriksaan tersebut tidak sempurna, standar pemeriksaan dari kualitas dapat ditentukan tanpa keyakinan, maka mungkin saja suatu produk cacat diterima karena salah pertimbangan. Dalam hal pertama ditinjau dari segi biaya tidak menguntungkan sedangkan hal kedua bisa menyebabkan kehilangan kepercayaan pada perusahaan.
Sebagai hasil dari pemeriksaan produk mengenai : macam cacat, bentuk, tempat yang diteliti, keadaan produk dan lain-lainnya harus dicatat secara tepat, selanjutnya bagi produk yang lulus pemeriksaan, tingkat kualitasnya harus dicatat dengan jalan yang sama, dan hasil pencatatan tersebut harus diberikan sebagai umpan balik pada bagian perencanaan teknik. Bagian perencanaan teknik mengadakan pengaturan kualitas menurut data tersebut dan dilaksanakan untuk pencegahan cacat-cacat. Adalah penting untuk memelihara dan menyempurnakan data tersebutr agar selalu dapat menyiapkan standar pemeriksaan yang lebih sempurna. Pemeriksaan penerimaan dari bahan baku dan bahan yang diproses adalah salah satu pemeriksaan utama yang mungkin banyak kerusakan terjadi karena kecerobohan dalam penerimaan tersebut. Oleh karena itu pemeriksaan penerimaan harus dilakukan secara ketat.
5. Proses akhir (finishing)
Menurut Tata Surdia (2000), proses pengerjaan akhir dibagi menjadi dua macam, pertama penyingkiran pasir cetak dan pasir inti sebanyak mungkin dari coran dan dari cetakan dan kedua adalah proses pemahatan untuk menyingkirkan sirip-sirip dan pasir yang masih melekat pada coran.
5.1 Menyingkirkan pasir dari Rangka Cetak
Setelah cetakan mengeras, pasir disingkirkan dari rangka cetak, hal ini dilakukan agar produk yang akan dihasilkan dengan cetakan tersebut nantinya tidak mengandung pasir. Karena apabila menandung pasir dapat mempercepat keausan pahat potong dalam proses permesinan dan lain-lain
5.1.1 Memisahkan coran dari cetakan
Proses pengambilan coran dari cetakan adalah berbeda-beda tergantung pada macam dan cara pembuatan cetakan.
5.1.2 Alat-alat penyingkir pasir dan pembersih permukaan coran
Seperti yang kita ketahui bahwa perlu dibersihkanya pasir dari coran dan cetakan, maka disini kita akan membahas beberapa alat penyingkir pasir dan pembersih permukaan coran karena ada beberapa macam cara membersihkan tergantung dari keadaan bagaimana pasir itu melekat di coran atau cetakan.
(1) Mesin Pembongkar
Mesin ini disebut mesin pembongkar, yaitu mesin untuk menyingkirkan pasir dari cetakan dengan mempergunakan peralatan yang bergetar. Cetakan diletakkan di atas meja getar yang mempunyai ayakan, getaran diteruskan ke pasir dan coran melalui rangka cetak sehingga pasir pecah-pecah dan jatuh melalui ayakan. Pasir yang jatuh di kumpulkan oleh conveyor ban dan alat lainnya, sehingga hanya coran saja yang ditinggal di atas meja getar.
(2) Mesin pemukul inti
Cara kerja mesin pemukul inti adalah coran dipegang  pada kedua sisinya dengan silinder udara atau sebangsanya dan pasir inti digetarkan untuk bisa disingkirkan. Mesin pemukul inti ini dipakai dalam keadaan kalau pasir sukar dipecahkan seperti pada inti   dengan minyak pengikat atau cetakan mengeras sendiri, atau dalam keadaan kalau menyingkirkannya sukar seperti pasir inti dalam selubung air atau blok silinder.
(3) Semprotan air
Pada cara ini, pertama coran diletakkan di atas meja putar dalam ruang tertutup atau kabinet, dan pengaturan dilakukan dari tempat operasi di luar kabinet sambil melihat melalui lubang, pasir disingkirkan dengan mempergunakan semprotan air bertekanan tinggi sekitar 150 kg/cm2 dengan senapan penyemprot. Penyemprot dapat digerakkan secara tegak dan mendatar sementara tempat operasi bergerak, demikian juga sudut senapan penyemprot dapat diatur bebas sehingga pasir dari bagian luar dan bagian dalam coran dapat disingkirkan.
5.1.3 Penempatan pasir yang disingkirkan
Pasir yang disingkirkan dari coran, cup dan drag mempunyai temperatur tinggi, lagi pula pada pasir itu terbawa antara lain kisi inti, sirip coran, tumpahan logam cair yang telah membeku, kadang-kadang saluran turun, saluran masuk dan panambah, sehingga pasir harus dibawa kembali ke hoper pasir setelah campuran itu dikumpulkan semuanya. Logam yang tercampur dapat dipisahkan dengan mempergunakan drum penarik conveyor sebagai pemisah secara magnitik. Tetapi untuk bagian-bagian yang besar, lebih sukar terpisah dari pasir. Pasir cetak sangat berbeda dengan pasir inti sehingga perlu memisahkan kedua jenis pasir ini dengan mempergunakan dua alat yang berbeda atau menyediakan dua conveyor pengumpul terpisah menjadi dua.
5.2 Penyelesaian (pemahatan untuk menyingkirkan sirip-sirip dan pasir yang masih melekat pada coran)
Penyelesaian atau finishing merupakan proses penyelesaian akhir dari sutau proses pengecoran. Tujuan dari proses finishing adalah untuk mendapatkan produk dengan kualitas hampir sempurna. Pembersihan benda cor dapat dilakukan dengan berbagai cara bergantung pada ukuran, jenis dan bentuknya.
5.2.1 Penyingkiran saluran turun dan penambah
Cara-cara yang dipergunakan untuk memisahkan saluran turun dan penambah, sesuai dengan ukuran coran, kualitas bahan dan rencana pengecoran :
1)    Pematahan
Cara pematahan biasa dilakukan pada besi cor maupun tempa. Ada dua hal untuk cara ini, yaitu pemecahan dilakukan oleh tenaga orang dan oleh tenaga mekanik seperti menggetarkan, membentur atau mengepres.
2)    Pemotongan dengan gas
Dilaksanakan untuk memisahkan saluran turun dan penambah dari coran baja.

3)    Pemotongan dengan busur listrik
Dilaksanakan jika pemotongan dengan gas sukar dilakukan terutama pada baja paduan tinggi.
4)    Pemotongan secara mekanik
Terutama dipakai untuk coran paduan tembaga atau coran paduan ringan. Pemotongan cara ini kurang baik dibandingkan dengan pemotongan dengan gas mengingat kecepatan potongnya.
4.3  Penyelesaian
Palu pemahat banyak dipakai untuk keperluan memotong bagian dari sirip, saluran turun dan penambah. Akan tetapi alat ini  menimbulkan bising dan menyebabkan pekerja menjadi cepat lelah sehingga alat ini kemudian diganti.
(1)   Palu pemahat
Pahat yang dipasang pada palu pneumatik dapat dipakai sebagai palu pemahat, yang biasanya mempergunakan tekanan udara sekitar 5 sampai 7 kgf/cm2. Perlu diusahakan untuk mengurangi pemakaian alat tersebut, tetapi tidak ada cara lain untuk menghilangkan sirip di bagian dalam coran, sehingga dalam hal ini palu pemahat dipakai secara umum pada banyak pabrik pengecoran.
(2)   Penggerindaan
Tanpa membedakan coran bagian dalam atau coran bagian luar, sirip-sirip, bagian yang tak terpakai dan yang terbakar dibuang dengan mempergunakan batu gerinda. Batu gerinda dipakai menurut kualitas bahan dari coran.
(3)   Pencungkilan dengan gas
Pada pekerjaan penyelesaian baja cor dipergunakan pencungkil busur listrik atau pencungkil nyala api. Cara kerjanya yaitu meniupkan udara pada logam, dengan tekanan 5 sampai 7 kgf/cm2 sejajar dengan elektroda karbon. Selain udara tekan dipergunakan juga oksigen untuk meniu, tetapi jenis ini memberikan pengaruh oksidasi yang kuat. Kedua cara tersebut memungkinkan untuk menbuang satu lapisan tipis yang tebalnya tetap, dan dekat pada permukaan logam, serta memberikan bekas pengerjaan yang halus pada permukaan.

DAFTAR PUSTAKA 

Surdiya, Tata. 1975, Teknik Pengecoran Logam; Jakarta : Pradnya paramita.
mekanikal.blogspot.com
indonesia mekanikal.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar